Netralpost. Lhokseumawe – Di bawah pancaran mentari pagi yang menyengat bumi Serambi Mekkah, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Lhokseumawe menyelenggarakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025.
Bertempat di lapangan upacara utama, seluruh petugas lapas bersama warga binaan pemasyarakatan (WBP) berdiri tegap dan bersatu dalam barisan yang mencerminkan semangat kebangsaan dan persatuan.
Meski suhu udara tinggi dan keringat membasahi pakaian, semangat para peserta tak surut. Dengan penuh rasa hormat dan khidmat, mereka mengikuti seluruh prosesi, mulai dari pengibaran Sang Merah Putih, pembacaan teks Pancasila, hingga amanat dari pimpinan upacara yang mengingatkan akan pentingnya menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup.
Kalapas Kelas IIA Lhokseumawe Wahyu Prasetyo dalam sambutannya menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar rutinitas seremonial tahunan.
Lebih dari itu, ia menjadi momen sakral untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, termasuk bagi mereka yang sedang menjalani masa pembinaan.
“Pancasila adalah nafas bangsa kita. Di balik tembok dan jeruji ini, kami ingin menanamkan kesadaran bahwa setiap individu, termasuk warga binaan, tetap memiliki hak dan peluang untuk berubah, untuk kembali menjadi bagian dari masyarakat yang aktif dan kontributif,” ujar Kalapas.
Peringatan Hari Lahir Pancasila di Lapas Lhokseumawe tahun ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai kebangsaan tidak mengenal sekat ruang maupun status sosial. Bahkan di tempat yang kerap dipandang sebagai titik nadir kehidupan, semangat Pancasila tetap menyala, membakar harapan, dan membuka jalan menuju perubahan yang lebih baik.
Suasana khidmat yang mengiringi upacara ini juga menyiratkan pesan moral yang kuat: bahwa pembinaan bukan hanya tentang menegakkan aturan, tetapi juga tentang menanamkan nilai. Nilai kemanusiaan, persatuan, keadilan, serta semangat gotong royong yang menjadi inti dari Pancasila.
Dengan pelaksanaan kegiatan ini, Lapas Lhokseumawe membuktikan komitmennya dalam menjadikan lembaga pemasyarakatan sebagai ruang refleksi, pembelajaran, dan transformasi karakter. Upacara ini menutup dengan doa bersama demi Indonesia yang lebih adil, damai, dan bermartabat, sebagaimana cita-cita luhur Pancasila.